Sponsors Link

10 Proses Terjadinya Alterasi Hidrotermal Berdasarkan Tipenya

Sponsors Link

Alterasi hidrotermal adalah istilah umum dalam ilmu geologi untuk segala proses dimana mineral-mineral yang membentuk batuan diubah karena adanya reaksi dengan cairan aqueous yang telah dipanaskan. Untuk hidrotermal sendiri, hidrotermal adalah larutan sisa magma dari letusan gunung dengan sifat aqueous karena adanya diferensiasi magma. Komponen terbesar hidrotermal adalah logam-logam ringan yang membantu dalam proses pembentukan endapan (salah satunya adalah endapan mineral).

Tipe-Tipe Alterasi

Dalam proses alterasi hidrotermal, ada 10 klasifikasi. Masing-masing klasifikasi pun mengalami proses yang berbeda untuk menghasilkan produk dengan ciri-cirinya sendiri.

1. Propilitik

Alterasi propilitik dicirikan dengan pertambahan H2O dan CO2. Komponen utamanya adalah klorit dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Alterasi ini adalah alterasi yang ringan karena suhunya yang relatif rendah (200-350°C) dan rasio cairan ke batuan yang rendah.

Alterasi propilitik biasa terbentuk pada pH yang mendekati netral di daerah dengan permeabilitas rendah, serta salinitas beragam. Pada umumnya, ada empat himpunan mineral yang terdapat pada alterasi propilitik, yaitu:

  • Klorit-kalsit-kaolinit
  • Klorit-kalsit-talk
  • Klorit-epidot-kalsit
  • Klorit-epidot

2. Argilik

Alterasi argilik umumnya dibagi menjadi dua argilik intermediate dan kategori argilik advanced. Pembagian ini dilakukan tergantung intensitas dari komposisinya. Argilik pun terbentuk pada temperatur yang relatif rendah (100-300°C) dengan cairan asam-netral dan salinitas yang rendah.

3. Potasik

Dalam alterasi potasik, ada komponen mineral ubahan seperti biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit, dan magnetite. Biotit sekunder dapat terbentuk dalam alterasi ini karena adanya reaksi antara mineral mafik dengan larutan hidrotermal. Ada pula komponen sulfida seperti pirit, molibdenit, dan kalkopirit. Anhidrit juga umum di alterasi potasik dalam sistem porfiri.

Alterasi potasik dapat terjadi karena adanya penambahan unsur kalium pada proses metasomatis serta adanya unsur kalsium dan sodium dalam batuan. Batuan tersebut biasanya kaya akan mineral aluminosilikat dengan tingkat rendah atau tinggi.

Alterasi potasik biasa terbentuk pada daerah sekitar batuan beku intrusif yang terkait dengan cairan yang bisa melebihi 300°C, salinitas yang tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat. Salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik adalah actinolite. Mineral tersebut memiliki warna hijau sampai hijau kehitaman dengan cerat berwarna putih terang.

4. Filik

Alterasi filik memiliki kumpulan mineral serisit dan kuarsa serta mineral pirit. Sejumlah anhidrit juga ada dalam alterasi ini. Alterasi filik terbentuk pada temperatur yang relatif tinggi (230-400°C) dengan cairan asam-netral pada zona permeabel dan salinitas beragam, serta pada batas dengan urat.

5. Propilitik Dalam

Propilitik dalam terjadi pada zona yang memiliki temperatur tinggi di atas 300°C dengan adanya epidot, aktinolit, klorit, dan ilit.

6. Argilik Lanjut (Advanced Argilic)

Dalam argilik lanjut, ada dua kemungkinan himpunan mineral:

  • Pertama adalah pirofilit + diaspor + andalusit + kuarsa + turmalin + enargit-luzonit untuk temperatur tinggi 250-350°C
  • Kedua adalah kaolinit + alunit + kalsedon + kuarsa + pirit untuk temperatur rendah di bawah 180°C

7. Skam

Alterasi skam adalah hasil dari kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat. Salah satu pengaruh terbesarnya adalah komposisi batuan yang kaya akan mineral karbonat. Alterasi skam terbentuk pada cairan dengan temperatur tinggi (sekitar 300-700°C) dengan salinitas tinggi. Proses ini terjadi karena adanya urutan kejadian isokimia – metasomatisme – retrogradasi.

8. Greisen

Dalam alterasi greisen, himpunan mineral yang terdapat adalah kuarsa-muskovit (atau lipidolit) dengan beberapa mineral asesori seperti topas, turmalin, dan florit. Mineral asesori tersebut adalah hasil dari alterasi metasomatik post-magmatik granit.

9. Silisifikasi

Silifikasi adalah proses terbentuknya kuarsa baru atau mineral silika amorf dalam batuan selama alterasi. Silifikasi juga biasanya produk sampingan dari reaksi hidrolisis isokimia. Beberapa bentuk paling umum yang berhasil dari silifikasi adalah quartz rendah, kristobalit, dan tridimit. Produk-produk tersebut banyak dapat ditemukan di batuan volkanik.

Selama proses hidrotermal, silika biasanya adalah hasil dari cairan yang bersirkulasi. Tergantung temperatur dari tekanan, solubilitas silika dapat meningkat. Namun, jika larutan mengalami ekspansi adiabatik, silika dapat mengalami presipitasi, sehingga daerah-daerah yang memiliki tekanan rendah siap mengalami pengendapan.

10. Serpentinisasi

Serpentinisasi adalah proses dimana batuan diubah karena adanya penambaha air ke struktur kristal dari mineral yang terdapat pada batuan. Pada umumnya, proses ini melibatkan reduksi panas dan tekanan. Salah satu contoh hasil dari serpentinisasi adalah periodit.

Pola Alterasi

Selain adanya klasifikasi alterasi, ada juga polanya. Kuantitas alterasi pada batuan tergantung pada suhu dan durasi proses alterasi. Ada tiga jenis pola alterasi, yaitu:

1. Pervasive

Proses ini menggantikan seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan. Walaupun intensitas masing-masing mineral primer berbeda, semuanya mengalami alterasi.

2. Selectively Pervasive

Tidak semua mineral mengalami proses alterasi ini, hanya pada mineral-mineral tertentu pada batuan. Sebagai contoh, klorit pada andesit menggantikan piroksen, sementara plagioklas tidak mengalami perubahan sama sekali.

3. Non-Pervasive

Tidak semua bagian dari keseluruhan batuan mengalami alterasi hidrotermal — hanya bagian tertentu.

Alterasi hidrotermal menjadi penting bagi memberi kontribusi pada geologi. Proses alterasi hidrotermal antara lain merupakan proses yang penting untuk mengklasifikasi jenis mineral bijih dan membantu dalam ilmu mekanisme penyimpanan mineral bijih.

Sponsors Link
, , ,
Oleh :
Kategori : Geologi