Kilonova: Pengetian dan Sejarah Penemuannya
Di dalam alam semesta ini terdapat berbagai macam fenomena alam yang mungkin masih banyak orang belum mengetahuinya. Fenomena alam tersebut tidak hanya ditemukan di sekitar manusia saja, namun bisa juga terjadi di luar angkasa.
Fenomena alam yang umum terjadi di luar angkasa ini dapat disebut sebagai fenomena kosmik. Supernova merupakan salah satu dari fenomena kosmik yang berhubungan dengan berakhirnya suatu bintang dalam alam semesta.
Selain supernova terdapat juga istilah baru yang masih berhubungan dengan bintang, yakni kilonova. Apakah kilonova tersebut? Berikut penjelasannya.
Pengertian Kilonova
Istilah kilonova memang cukup asing di telinga banyak orang, sebab istilah tersebut baru diumumkan pada tahun 2017. Kilonova merupakan sebuah peristiwa bergabungnya dua bintang neutron bersamaan dengan adanya gelombang gravitasi, dan teridentifikasi sebagai sinar gamma.
Diketahui jika dua bintang neutron ini berjarak sekitar 150 juta cahaya dari Bumi dan telah terdeteksi oleh observatorium gelombang gravitasi LIGO dan VIRGO pada bulan Agustus 2017.
Kilonova atau macronova juga dapat diartikan sebagai suatu ledakan bintang yang terjadi ketika dua atau lebih bintang neutron saling bertabrakan dan melepaskan sejumlah energi. Para ahli memperkirakan jika energi yang dilepaskan saat terjadi kilonova mempunyai ukuran 1.000 kali atau lebih besar daripada energi dari nova.
Saat terjadi pergabungan bintan neutron dapat mengguncang ruang dan waktu, menghasilkan ledakan elektromagnetik paling kuat yang terjadi di alam semesta, serta cahaya optik samar dari sinar gamma pendek hingga gelombang radio dari reaksi nuklir proses-r.
Peluang terjadinya Kilonova dalam waktu dekat amat kecil, sebab fenomena kosmik ini terjadi sekitar 1.000 tahun cahaya dari Bumi mulai sekarang. Namun Kilonova dapat terjadi tidak jauh dari Bumi setiap 100 juta tahun perkiraan astrofisika.
Sejarah Kilonova
Di tahun 2016 ilmu pengetahuan menemukan adanya gelombang gravitasi atau gravitation wave (GW). Penelitian terus berlanjut hingga akhirnya penemuan gelombang gravitasi mendapat anugerah Nobel Fisika tahun 2017, setelah detektor GW yaitu LIGO dan VIRGO berhasil mendeteksi adanya 4 gelombang gravitasi terpercaya.
Gelombang gravitasi terakhir terjadi di tanggal 14 Agustus 2017 dan dinamakan GW170814. Tiga hari kemudian LIGO dan VIRGO mendeteksi adanya sebuah sinyal baru sepanjang 100 detik, dan menamakan sinyal tersebut dengan sebutan GW170817.
GW170817 dihasilkan oleh sepasang objek bermassa setara dengan Matahari pada jarak 130 juta tahun cahaya atau 40Mpc. Sinyal ini berbeda dari deteksi keempat GW sebelumnya yang merupakan penggabungan dari dua lubang hitam bermassa 7 hingga 35 massa Matahari.
Dilihat dari karakteristik sinyal yang telah terdeteksi menunjukkan jika kejadian tersebut kemungkinan penggabungan bintang neutron, berdasarkan estimasi massanya.
Setelah diumumkan adanya penemuan GW170817, peneliti dari berbagai lokasi mulai melakukan pengamatan untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Diketahui jika posisi GW170817 berada di sekitar 30 derajat persegi atau setengah luas rasi Crux.
Sebuah satelit bernama Fermi adalah yang pertama kali melaporkan adanya pancaran sinar gamma dari arah GW170817. Dari sinilah banyak pengamat mulai mengikuti dan memfokuskan teleskopnya baik menggunakan gelombang elektromagnetik dari radio hingga sinar-X.
Sebenarnya posisi yang diberikan oleh LIGO/VIRGO dan Fermi masih terbilang kurang tepat. Ditambah posisi GW170817 berada jauh di bagian selatan sehingga teleskop yang berada di belahan Bumi bagian utara sulit untuk melakukan pengamatan.
Hingga Matahari terbenam barulah teleskop dari Chile dan Afrika Selatan mulai dapat diarahkan dalam mencari sinyal dari posisi kasar GW170817. Setelah lebih dari 11 jam, barulah dapat ditemukan sebuah objek transien baru di sekitar area.
Objek ini berada berada di sekitar galaksi NGC 4993 dan diberi nama SSS17a atau DLT17ck. Karena objek yang diamati ini terlalu luas, maka pengamatan difokuskan pada AT 2017gfo ketimbang harus mengamati seluruh galaksi satu per satu.
Spektrum AT 2017gfo pertama kali diambil sekitar 30 menit setelah terdeteksi dan memperlihatkan adanya spektrum biru tanpa garis spektral yang biasa tampak pada Supernova. Hasil survei menunjukkan jika AT 2017gfo menjadi redup dengan begitu cepat di panjang gelombang biru, dan puncak pendistribusian energi bergeser ke arah inframerah.
Sehingga pada akhirnya para ahli menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut bukanlah Supernova melainkan mirip seperti Kilonova atau macronova.
Hasil Kilonova
Berbeda dengan supernova, kilonova diketahui sebagai sebuah ledakan yang mengeluarkan unsur-unsur berat berupa platinum, emas, perak, dan uranium dalam jumlah yang amat banyak ke seluruh alam semesta.
Fenomena kosmik ini menjadi bukti kuat jika ledakan yang berasal dari sinar gamma memiliki durasi pendek ternyata disebabkan oleh adanya tabrakan bintang neutron.
Para astronom berpendapat jika tabrakan seperti itu menjadi tempat bagi sebagian besar logam berat terbentuk. Faktanya untuk satu kilonova akan membentuk logam berat senilai dengan beberapa planet bahkan ratusan planet dalam satu kali gerakan. Dan ini dipercaya tentang bagaimana emas di planet Bumi terbentuk.