Ekologi Komunitas: Pengertian dan Ruang Lingkup Pelajarannya
Kunci terpenting untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh organisasi merupakan interaksi di antara populasi yang juga disebut dengan interaksi interspesifik. Ini nantinya bisa memberikan keuntungan dan juga kerugian untuk populasi yang terlibat di dalamnya.
Berbeda dengan ekologi lanskap, ekologi komunitas sendiri merupakan cara untuk memahami kenapa dan bagaimana lingkungan tertentu bisa saling mendukung seperti hewan dan tanaman tertentu. Supaya bisa lebih jelas, berikut akan kami berikan ulasan tentang ekologi komunitas secara lengkap untuk anda.
Pengertian Ekologi Komunitas
Ekologi komunitas atau sinekologi merupakan kajian mengenai interaksi yang terjadi di antara spesies dalam komunitas di banyak skala tempat atau spasial serta waktu atau temporal seperti salah satunya ekologi laut tropis. Kajian dari ekologi komunitas ini diantaranya membahas mengenai distribusi, kelimpahan, struktur, demografi serta interaksi di antara populasi yang hidup saling berdampingan.
Fokus utama dari ekologi komunitas ada di interaksi yang terjadi di antara populasi yang nantinya akan ditentukan dari karakteristik genotipik serta fenotipik tertentu. Di dalam ekologi komunitas, nantinya akan mengkaji pola tertentu di dalam lingkup komunitas seperti variasi di dalam pemerataan, kekayaan spesies, produktivitas dan juga struktur jaringan makanan.
Dalam kajian ekologi komunitas sendiri juga akan dilakukan pemeriksaan proses yang terjadi di dalam komunitas seperti dinamika populasi predator dan pemangsa, suksesi serta menyurun komponen dalam sebuah komunitas.
Sedangkan untuk pandangan sintesis di dalam kajian ekologi komunitas bisa diperoleh dengan cara organisasi proses yang ada dalam empat kategori seperti seleksi, spesiasi, drift dan juga aliran penyebaran langsung keluar dari urutan perkembangan konseptual yang umum terjadi.
Ruang Lingkup Pelajaran Ekologi Komunitas
Dalam ekologi atau sinekologi komunitas, ada beberapa ruang lingkup pelajaran yang akan dilakukan yakni analisis vegetasi dan analisis kuantitatif komunitas. Berikut penjabaran selengkapnya.
1. Analisis Vegetasi
Para ahli ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu dari komponen ekosistem yang bisa menggambarkan pengaruh kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan juga beberapa faktor tersebut yang mudah diukur. Analisis vegetasi menggunakan alat untuk menunjukkan informassi yang penting mengenai komponen lain pada sebuah ekosistem.
Dalam kajian vegetasi tersebut, akan dilakukan dua fase yakni mendeskripsikan dan melakukan analisa yang semuanya akan menghasilkan banyak konsep pendekatan yang berlainan. Para ekologi di dalam pengetahuan tentang sistematik tumbuhan akan melakukan pendekatan florestika untuk mengungkapkan vegetasi berbentuk komposisi serta struktur tumbuhan pembentuk vegetasi.
Deskripsi vegetasi juga membutuhkan bagian integral pada kegiatan survey klasifikasi sumber daya alam seperti investarisasi kayu untuk balok pada hutan serta melihat kapasitas tampung sebuah lahan untuk ternak atau penggembalaan.
Secara garis besar, metode analisis di ilmu vegetasi bisa dikelompokkan menjadi 2 perbedaan prinsip, yakni metode diskripsi dan juga metode non diskripsi.
- Metode Destruktif
Metode ini umumnya dilakukan untuk memahami jumlah dari materi organik yang bisa dihasilkan sebuah komunitas tumbuhan. Variabel yang digunakan bisa biomasa dan juga primer sehingga pendekatan harus dilaksanakan secara penuaian.
Metode ini biasanya akan dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana. Sedangkan penimbangan bisa dilakukan atas dasar berat segar dari materi hidup atau kering.
- Metode Non Destruktif
Metode ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni atas dasar penelaahan organisme hidup atau tumbuhan dan tidak didasari dengan taksonominya. Dengan begitu, pendekatan ini dikenal atas dasar penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
2. Analisis Kuantitatif Komunitas
Konsep komunitas termasuk ke dalam konsep tertua di dalam ekologi. Edward Forbes membuat kesimpulan jika ada 8 daerah kedalaman yang dibedakan antara satu dengan yang lain dari kelompok spesies yang ada di dalamnya. Semua tempat tinggal adalah kehidupan dimana spesies dan individu satu sama lain tinggal didalamnya.
Atas dasar alasan tersebut, Eugene Warming yang merupakan ahli botani asal Denmark membuat kesimpulan jika spesies tertentu akan membentuk kelompok alami. Dengan kata lain membentuk komonitas yang menunjukkan kombinasi bentuk dari pertumbuhan.
Organisasi Proses Ekologi Komunitas
Pandangan sintesis di dalam kajian ekologi komunitas bisa tercapai dengan cara mengorganisasikan proses yang terjadi ke dalam 4 kategori, yakni drift, seleksi, spesiasi dan juga aliran penyebaran langsung keluar dari urutan perkembangan konseptual yang umum terjadi.
1. Konsep Seleksi
Seleksi terjadi pada saat individu di dalam sebuah populasi jenis serta ukuran sangat bervariasi di beberapa hal dan seleksi terjadi pada saat terdapat varian berbeda saat mereproduksi atau mereplikasi diri di tingkat yang berbeda.
Pada konteks komunitas, terdapat 3 bentuk seleksi yang akan saling berhubungan yakni seleksi konstan, seleksi yang tergantung dari frekuensi atau tergantung dari kepadatan dan juga seleksi spasial yang berhubungan dengan tempat.
Seleksi konstan akan terjadi secara sederhana dimana apabila kebugaran spesies bersifat relatif konstan di dalam skala ruang serta waktu, maka seleksi akan mengabaikan kepadatan spesies namun memperhatikan variasi di antara spesies.
2. Konsep Drift
Karena kematian, kelahiran dan produksi keturunan merupakan proses bersifat tetap, maka perubahan yang terjadi di dlam komunitas dengan jumlah individu terbatas juga mempunyai komponen yang tetap atau stokastik.
Apabila parameter demografi tingkat individu identik dengan seluruh individu di dalam komunitas yang tertutup, sehingga satu satunya yang menjadi pendorong dinamika komunitas adalah tidak terjadinya perubahan yang menurun atau deterministik di dalam kelimpahan.
Interaksi Ekologi Komunitas
Di dalam komunitas, seluruh organisme adalah bagian komunitas dan di antara komponennya akan saling berkaitan lewat keragaman interaksi. Interaksi antar kelompok ekologi bisa berupa interaksi antarorganisme, antarpopulasi serta interaksi antarkomunitas.
1. Interaksi Antarorganisme
Seluruh makhluk hidup akan bergantung dengan makhluk hidup yang lain baik itu yang sejenis atau tidak sejenis dan baik itu individu di dalam satu populasi atau individu dari populasi lain. Interaksi semacam ini bisa banyak ditemukan di sekitar kita.
- Interaksi antarorganisme di dalam komunitas ini sangat berhubungan erat dan ada yang tidak terlalu erat yang dikategorikan seperti berikut ini:
- Netral: Tidak saling mengganggu antarorganisme yakni tidak saling merugikan dan tidak saling menguntungkan.
- Predasi: Hubungan antar mangsa dan pemangsa sebab tanpa mangsa predator tidak akan bisa hidup.
- Siombiosis parasitisme: Hubungan antarorganisme berbeda spesies dimana satu organisme hidup di organisme lain dan mengambil makanan dari inangnya.
- Komensalisme: Hubungan atar 2 organisme berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber.
- Simbiosis mutualisme: Hubungan dua organisme berbeda spesies yang saling menguntungkan.
2. Interaksi Antarpopulasi
Di antara satu populasi dengan yang lain akan selalu terjadi secara langsung dan tak langsung di dalam komunitasnya. Sebagai contoh alelopati adalah interaksi antarpopulasi dimana jika populasi yang satu menghasilkan zat yang bisa menghalangi tumbuhnya populasi lain.
3. Interaksi Antarkomunitas
Komunitas merupakan kumpulan populasi berbeda di sebuah daerah sama serta saling berinteraksi seperti komunitas sungai dan sawah. Komunitas sawah tersusundari berbagai organisme seperti burung, padi, belalang, ular serta gulma yang merupakan rantai makanan ekosistem sungai. Sedangkan untuk komunitas sungai terdiri dari ganggang, ikan, zooplankton, dekomposer dan juga fitoplankton.
4. Interaksi Antarkomponen Biotik Serta Abiotik
Interaksi dari komponen unsur lingkungan biotik dan abiotik akan membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungan tersebut mengakibatkan aliran energi di dalam sistem tersebut bisa terjadi. Tidak hanya aliran, namun dalam ekosistem juga ada struktur atau tingkat trofik, siklus materi dan juga keanekaragaman biotik.