Sponsors Link

10 Contoh Adaptasi Fisiologi Pada Tumbuhan Yang Wajib Diketahui

Sponsors Link

Adaptasi fisiologi merupakan adaptasi yang memanfaatkan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam tubuh organisme karena pengaruh dari luar ataupun dari dalam, sehingga dapat mempengaruhi kondisi morfologi ataupun tingkah lakunya. Contoh adaptasi fisiologi pada tumbuhan yang diketahui memiliki beberapa tujuan, terkait mempertahankan dirinya dari pemangsa, untuk memperoleh nutrisi, untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, dan lain-lain. Untuk itu, dalam mengkajinya perlu dihubungkan dengan berbagai faktor seperti morfologi, anatomi, lingkungan dan objek kajian lainnya.

Berikut ini adalah contoh adaptasi fisiologi pada tumbuhan:

  1. Toleransi kadar garam (salinitas) oleh tumbuhan halofit

Tumbuhan mangrove dapat tumbuh di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dalam hal ini, kandungan garam yang terdapat di habitatnya harus mampu dikendalikan agar tidak menyebabkan kematian. Kada garam yang tinggi pada tumbuhan  dapat mengakibatkan keluarnya air melalui proses osmosis sehingga tumbuhan bisa jadi mengalami kekeringan.

Salah satu jenis mangrove Rhizopora (sumber: flickr.com)

Proses fisiologis seperti sistem ekskresi, ultrafiltrasi, dan akumulasi garam menjadi sistem pertahanan beberapa spesies tumbuhan mangrove terhadap kelebihan garam yang mana dapat mempengaruhi konsentrasi air dalam jaringan.

  • Garam dikeluarkan (sistem ekskresi) melalui kelenjar garam yang terletak di dalam daun kemudian garam dibuang lewat proses transpirasi.
  • Ultrafikasi merupakan proses penyaringan garam melalui saringan membran sel (letaknya di permukaan akar). Tujuanya agar dapat mencegah lebih banyak garam yang terserap.
  • Akumulasi garam. Beberapa spesies tumbuhan mangrove menyimpan garam di dalam kulit kayunya yang nantinya akan terkelupas membawa kandungan  garam dan juga terjadi dengan pengguguran daunnya untuk mengeluarkan kelebihan garam.
  1. Pertahanan terhadap lingkungan kering oleh jenis tumbuhan xerofit

Kaktus salah satu contoh tumbuhan sukulen (sumber: pxhere.com)

Xerofit merupakan tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kering, pada umumnya sering ditemukan di daerah gurun atau tandus. Jenis ini termasuk kelompok sukulen seperti kaktus yang mempunyai  batang yang tebal menyimpan air (daun yang menyerupai duri) dan tanaman bukan sukulen. Tumbuhan xerofit harus mampu menghadapi krisis air di lingkungan kering dan mampu mengontrol kadar air yang ada di dalam tubuhnya.

Untuk dapat bertahan hidup, tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari untuk menyerap CO2 yang akan digunakan untuk fotosintesis pada siang harinya, proses ini dikenal dengan metabolisme asam krasulase (CAM). Penyerapan CO2 tidak dilakukan pada siang hari seperti jenis tumbuhan lain agar menekan laju transpirasi yang bisa menyebabkan tumbuhan kehilangan banyak air.

  1. Pengontrolan kelebihan air oleh jenis tumbuhan hidrofit

Tumbuhan Hydrilla (sumber: flickr.com)

Hidrofit merupakan kelompok tumbuhan yang beradaptasi dengan lingkungan yang berair (baik yang tumbuh di bagian tepian, terapung maupun tenggelam). Hidrofit meningkatkan laju respirasi agar dapat mengontrol kelebihan air dengan adanya pengaruh dari cahaya matahari. Contohnya pada tanaman hydrilla.

  1. Pengontrolan kelebihan air oleh jenis tumbuhan higrofit

Tumbuhan Higrofit (sumber: pixabay.com)

Higrofit merupakan kelompok tumbuhan yang beradaptasi dengan lingkungan yang lembab, contohnya tumbuhan lumut dan paku. Pada tumbuhan higrofit melakukan proses gutasi untuk mengontrol kandungan air, yang mana pada habitat tumbuhan higrofit intensitas cahayanya kurang karena hidup pada daerah yang terdapat naungan.

 

 

  1. Sintesis zat kimia untuk mengurangi kompetisi nutrisi

Eucalyptus spp. (sumber: flickr.com)

Ekaliptus (Eucalyptus spp.) merupakan pohon yang dimanfaatkan minyaknya oleh manusia dan koala yang memakan daun tumbuhan sebagai makanan utamanya. Tumbuhan ini memproduksi dan mengeluarkan senyawa biomolekul yang disebut alelokimia. Senyawa ini akan disebarkan ke lingkunganya sebagai herbisida atau senyawa yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan sampai menyebabkan kematian pada tumbuhan beda spesies yang tumbuh di sekitarnya dengan tujuan memenangkan kompetisi nutrisi. Selain Ekaliptus beberapa spesies lain seperti mangga, lamtoro, saliara , brokoli, dan sebagainya dapat menghasilkan senyawa alelokimia sebagai bentuk adaptasi fisiologi.

  1. Sintesis zat kimia untuk melindungi tumbuhan dari gangguan hewan

Tumbuhan Azalea (sumber: pxhere.com)

Kemampuan mensintesis atau menghasilkan zat kimia pada beberapa tumbuhan seperti tumbuhan azalea dari genus Rhododendron bertujuan sebagai mekanisme pertahanan diri dari hewan herbivora yang akan memakannya. Azalea menghasilkan racun grayanotoxin yang terdapat di dalam daun dan nektar. Racun grayanotoxin jarang berakibat fatal pada manusia, namun dapat mematikan bagi hewan.

 

 

  1. Produksi nektar untuk menarik hewan penyerbuk

Serangga yang sedang menghisap nektar (sumber: flickr.com)

Pada banyak spesies tumbuhan berbunga yang memerlukan hewan penyerbuk untuk proses polinasi (penyerbukan) mempunyai kelenjar nektar yang banyak ditemukan di dasar perhiasan bunga. Kelenjar itu menghasilkan nektar atau sari bunga sebagai sumber makanan beberapa serangga seperti lebah dan kupu-kupu, serta beberapa jenis hewan lain seperti burung dan kelelawar. Aktivitas menghisap nektar yang dilakukan hewan dapat bersinggungan dengan kepala sari sehingga bagian dari hewan tersebut membawa serbuk sari dan jika hewan itu berpindah tempat ke bunga lain atau menjangkau kepala putik, maka aktivitas penyerbukan bisa terjadi.

 

 

  1. Produksi nektar ekstra floral untuk menarik hewan sebagai mangsanya

Kelompok tumbuhan insektivora, misalnya kantong semar memproduksi nektar dalam kantongnya untuk dapat memancing hewan-hewan kecil seperti serangga masuk ke dalam kantong tersebut dan kemudian mencerna hewan tadi sebagai sumber nutrisi.

Semut yang memanfaatkan nektar ekstra floral (sumber: flickr.com)

 

Beberapa jenis tumbuhan yang menghasilkan nektar ekstra floral dari bagian tubuhnya (bukan berasal dari bunga) berfungsi menarik perhatian serangga (contohnya semut) yang memanfaatkan nektar itu, namun tujuan utamanya agar serangga tadi dapat memangsa/mengusir serangga lain yang dapat merusak/mengganggu  kelangsungan hidup tumbuhan.

 

 

 

9. Produksi bau busuk untuk menarik serangga penyerbuk

Jenis tumbuhan Rafflesia (sumber: flickr.com)

Contoh adaptasi fisiologi pada tumbuhan ini bertujuan agar dapat menarik perhatian serangga penyerbuk seperti kumbang dan lalat menggunakan bau busuk yang dihasilkannya. Kondisi ini dimiliki oleh Rafflesia arnoldii dan bunga bangkai Amorphophallus titanum.

 

 

 

 

  1. Produksi getah

Getah yang keluar dari batang pohon (sumber: flickr.com)

Getah merupakan metabolit sekunder atau cairan buangan berbentuk cair hingga lengket dan mudah mengeras serta sering ditemukan pada bagian tumbuhan seperti batang pohon.  Getah dihasilkan dari pembuluh tapis atau pembuluh lateks. Cairan ini berfungsi sebagai  mekanisme penanganan luka pada bagian tumbuhan yang terluka fisik dan juga sebagai pertahanan diri. Beberapa jenis tumbuhan menghasilkan senyawa getah jenis yang beracun untuk menghalau gangguan dari herbivora, sarangga, dan patogen. Getah banyak ditemukan pada tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) seperti pohon pinus Pinus merkusii dan kelompok Euphorbiaceae contohnya tumbuhan jarak pagar.

Itulah tadi beberapa contoh adaptasi fisiologi pada tumbuhan. Semoga bermanfaat.

 

 

Sponsors Link
, ,
Oleh :
Kategori : Tumbuhan