Sponsors Link

Struktur Batuan Piroklastik – Ukuran dan Tekstur – Klasifikasi

Sponsors Link
batuan piroklastik

Dalam ilmu geologi, batuan piroklastik adalah batuan yang dibentuk oleh hasil gabungan materi dari fragmentasi ekplosif magma yang terjadi selama letusan vulkanik. Batuan tersebut memiliki material yang berbeda karena adanya berbagai materi hasil dari letusan gunung.

Batuan ini dapat dihasilkan karena adanya gaya endogen yang mengalami pengendapan, kemudian ada proses kompaksi (litifikasi) yang akhirnya menghasilkan batuan piroklastik.

Struktur

Secara struktur, batuan piroklastik bisa memiliki berbagai bentuk, baik secara tekstur halus atau kasar. Batu tersebut juga dapat memiliki struktur dengan ciri-ciri batuan beku seperti vesikuler dan skoria atau dari batuan sedimen seperti masif, gradasi, atau berlapis. Batuan beku pun ada beberapa jenis, yang diantaranya adalah batuan beku dalam. Ada juga yang memiliki butiran halus (tufa) yang sering terlihat pada batuan beku lelehan.

Secara umum, struktur betuan beku yang sering ditemukan ada 3 jenis, yaitu:

  • Masif: Struktur ini ditemukan pada batuan pejal. Tidak ada retakan maupun lubang-lubang gas.
  • Vesikular: Ada lubang-lubang gas. Struktur ini kemudian dibagi lagi menjadi 3 jenis.
    • Skoriaan adalah struktur dimana lubang-lubang gas tidak saling berhubungan
    • Purmisan adalah struktur dimana lubang-lubang gas saling berhubungan
    • Aliran adalah batuan yang memiliki aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
  • Amigdaloidal: Struktur ini adalah ketika lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.

Selain itu, ada juga 3 jenis batuan piroklastik berdasarkan butirnya, yaitu:

1. Aglomerat: >32 mm (Bomb)

Aglomerat merupakan batuan piroklastik yang mirip dengan batuan konglomerat dalam aspek tekstur, namun hal yang membedakan kedua batuan tersebut adalah komposisinya. Aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik, sementara konglomerat terdiri dari sedimen.

2. Breksi Vulkanik: >32 mm (Block)

Breksi vulnaik hampir sama dengan aglomerat, dimana ia terbentuk oleh materi gunung api. Breksi ini juga mirip dengan batuan sedimen.

3. Tufa Lapili

Tufa merupakan batuan piroklastik yang memiliki tekstur halus dan terdiri dari fragmen kristal atau mineral. Ada 3 jenis tufa:

  • Tufa vitric (memiliki banyak fragmen gelas)
  • Tufa kristal (memiliki banyak fragmen kristal)
  • Tufa lithik (memiliki banyak fragmen batuan)

Ukuran dan Tekstur

Letusan vulkanik dapat menghasilkan batuan piroklastik dengan berbagai ukuran dan tekstur terkandung komponennya. Ukuran batuan-batuan ini dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Bomb (>64 mm)

Bomb memiliki ukuran lebih besar dari 64 mm karena adanya gumpalan-gumpalan lava yang terdapat pada batu.

2. Block (>64 mm)

Block hampir sama dengan bomb dalam aspek ukurannya yang juga melebihi 64 mm, namun perbedaannya terletak di komponen. Block adalah hasil dari fragmen batuan yang sudah memadat dari erupsi vulkanik, sementara bomb adalah hasil dari gumpalan-gumpalan lava.

3. Lapili (2-64 mm)

Lapili dihasilkan oleh erupsi gunung api dan merupakan batu kecil/kerikil, maka ukurannya relatif kecil hanya 2mm sampai 64 mm.

4. Debu (Ash) (<2 mm)

Debu adalah hasil yang paling kecil dan hanya berukuran 2 mm sampai 1/256 mm. Pelemparan magma dari erupsi vulkanik menghasilkan debu tersebut.

Untuk tekstur batuan piroklastik terdapat dua jenis, yaitu:

  • Glassy: Seperti namanya, teksturnya tampak seperti glass atau kaca. Tekstur ini biasanya dihasilkan karena lava yang tidak dapat mengalami kristalisasi. Walaupun terlihat seperti kristal, terkadang batuan dengan tekstur gelas tidak memiliki komponen kristal sama sekali.
  • Fragmental: Batuan dengan tekstur ini memiliki tampak fragmen-fragmen hasil dari letusan gunung api.

Salah satu contoh batuan piroklastik adalah batu apung atau pumice. Batu ini merupakan salah satu contoh batuan beku luar. Batu ini relatif tidak karas, maka biasa dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu, batu tersebut juga digunakan sebagai abrasif, terutama di cat kuku dan penghapus pensil.

Klasifikasi

Endapan mineral berbeda dengan endapan piroklastik. Endapan piroklastik mulai karena adanya jatuhan ketika gunung berapi meletus serta pada proses pengendapan dimana proses tersebut memiliki ukuran ketebalan yang sama dengan endapannya.

1. Endapan Jatuhan Piroklastik (Fall)

Endapan jatuhan piroklastik dihasilkan oleh letusan gunung api yang terlempar ke atmosfer dan jatuh lagi ke permukaan sekitar gunung berapi. Semakin jauh endapan ini dari pusat erupsi, maka strukturnya akan semakin tipis dan ukuran butir semakin halus karena adanya faktor angin. Endapan ini memiliki ketebalan yang relatif berukuran sama.

2. Endapat Aliran Piroklastik (Flow)

Endapan aliran piroklastik pada umumnya mengalir ke bawah gunung berapi pada kecepatan yang tinggi, terutama saat terjadi longsor, berawal dari pusat letusannya. Batu-batu yang terdapat di endapan ini berukuran bongkah dan berwarna abu, dan memiliki densitas yang tinggi.

3. Endapan Seruakan Piroklastik (Surge)

Endapan surge piroklastik adalah hasil dari letusan gunung api yang mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran. Endapan ini memiliki stratifikasi yang bersilang, memiliki struktur berpasir, memiliki laminasi planar, dan memiliki struktur pind and swell. Endapannya menebal pada bagian topografi rendah dan menipis pada bagian topografi tinggi.

Ada 3 jenis endapan seruakan piroklastik:

  • Seruakan pangkal (base surge)
  • Seruakan dasar (ground surge)
  • Seruakan abu cendawan (ash cloud surge)

Seruakan pangkal memiliki ukuran abu-lapili dan pada umumnya mengandung pumis, litik, atau skoria, serta kristal mineral. Untuk endapan seruakan dasar dan seruakan abu cendawan, mereka menjadi endapan zona batas bawah dan zona atas aliran vulkanik. Endapan seruakan juga dapat menjadi batas penyeberan dari endapan aliran piroklastik.

Demikian penjelasan mengenai batuan piroklastik. Semoga bermanfaat.

Sponsors Link
, , , , ,
Oleh :
Kategori : Geologi